Kau Tidak Mengucapkan Selamat Natal Padaku?
Ini adalah sebuah percakapan imejiner yang dalam beberapa tahun belakangan ini marak di dunia maya. Entah siapa yang pertama menuliskannya. Namun di berbagai milis, status facebook dan dalam broadcast messanger di BBM-pun juga ramai diteriakan orang menjelang Natal.
Berikut dialognya :
Muslim : ‘Bagaimana Natalmu?’
David: ‘Baik. Kau tidak mengucapkan selamat Natal padaku?’
Muslim: ‘Tidak. Agama kami menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu, tapi masalah ini, agama saya melarangnya.’
David: ‘Tapi kenapa, bukankah hanya sekadar kata-kata? Teman muslimku yang lain, mengucapkannya padaku…’
Muslim: ‘Mungkin mereka belum mengetahuinya. David, kau bisa mengucapkan dua kalimat syahadat?’
David: ‘Oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya… Itu akan mengganggu kepercayaan saya… ’
Muslim: ‘Kenapa? Bukankah hanya kata-kata? Ayo, ucapkanlah.’
David: ‘Sekarang, saya mengerti.’
“Toleransi”. Toleransi dalam tanda kutip maksudnya adalah membiarkan mereka melakukan acara-acara atau perayaan dan/atau ibadah apapun yang menurut mereka benar dan kita (Muslim) tidak boleh mencampurinya atau repot-repot ikutan merayakan, pasang spanduk ucapan Natal, ngucapin selamat Natal via sms/fesbuk/twitter atapun media lainnya.
Ingat :
“agamamu adalah untukmu dan agamaku hanyalah untukku”. ,Share,
0 komentar:
Posting Komentar