Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS. 3:110)
Sebelum ke topik maslah saya mencoba me review dulu sejarah miss world :
Kontes kecantikan ini berawal dari festival lomba yang
bernama Festival Bikini Contest, kemudian berganti nama menjadi Miss World.
pertama kali digelar di Amerika pada tahun 1854. Namun, kontes ini ternyata
diprotes masyarakat Amerika hingga akhirnya kontes tidak berlanjut. Dan
ironisnya panitia kontes kecantikan pertama di dunia tersebut sebelumnya sukses
menggelar kontes kecantikan hewan. Lalu sukses kontes kecantikan hewan tersebut
tersebut diuji-coba untuk manusia. namun beberapa tahun kemudian muncul konsep
3B yakni Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior (Kepribadian).
Konsep 3B ini sebenarnya hanya untuk memoles kontes kecantikan agar diterima
banyak kalangan. Sementara Indonesia baru ikut-ikutan kontes kecantikan kelas
dunia pada tahun 1982.
Ajang Kontes kecantikan menjadikan perempuan dan tubuhnya sebagai barang dagangan di atas panggung, catwalk, majalah, koran, dan televisi. Kecantikan dan tubuh perempuan peserta kontes dijadikan alat promosi industri rating media, industry alat komestik, dan industri fashion. Maka jelas, ajang ini menjadikan tubuh wanita beserta kecantikannya sebagai komoditas bisnis yang menguntungkan pihak-pihak tertentu yang tidak peduli halal-haram dan hanya memanfaatkan tubuh perempuan agar menjadi daya tarik konsumen, Itulah sebenarnya tujuan utama kegiatan kontes kecantikan. Yakni, eksploitasi tubuh perempuan untuk keuntungan bisnis tertentu. Ironisnya, kegiatan bisnis ini dikemas dengan jargon-jargon sosial bahkan pendidikan. Seolah-olah, kontes kecantikan perempuan adalah untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan. Padahal, Dalam pandangan kapitalisme perempuan dipandang dengan pandangan terbuka. Hingga terbuka segala-galanya, pakaiannya, dan auratnya dilihat sebagai symbol keindahan. Ideologi kapitalisme telah menjerat perempuan sebagai mahluk cantik yang dipertontonkan dan dijadikan sumber keuntungan, padahal sungguh (secara tidak sadar) hal itu adalah symbol penghinaan.
Ajang Kontes kecantikan menjadikan perempuan dan tubuhnya sebagai barang dagangan di atas panggung, catwalk, majalah, koran, dan televisi. Kecantikan dan tubuh perempuan peserta kontes dijadikan alat promosi industri rating media, industry alat komestik, dan industri fashion. Maka jelas, ajang ini menjadikan tubuh wanita beserta kecantikannya sebagai komoditas bisnis yang menguntungkan pihak-pihak tertentu yang tidak peduli halal-haram dan hanya memanfaatkan tubuh perempuan agar menjadi daya tarik konsumen, Itulah sebenarnya tujuan utama kegiatan kontes kecantikan. Yakni, eksploitasi tubuh perempuan untuk keuntungan bisnis tertentu. Ironisnya, kegiatan bisnis ini dikemas dengan jargon-jargon sosial bahkan pendidikan. Seolah-olah, kontes kecantikan perempuan adalah untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan. Padahal, Dalam pandangan kapitalisme perempuan dipandang dengan pandangan terbuka. Hingga terbuka segala-galanya, pakaiannya, dan auratnya dilihat sebagai symbol keindahan. Ideologi kapitalisme telah menjerat perempuan sebagai mahluk cantik yang dipertontonkan dan dijadikan sumber keuntungan, padahal sungguh (secara tidak sadar) hal itu adalah symbol penghinaan.
Agenda asing di balik acara Miss World
Sejatinya, di balik acara Miss World dan semua ajang sejenisnya ada agenda asing yaitu brainwashing (cuci otak) yang ditanamkan ke warga-warga di seluruh dunia. Pemahaman sekuler-liberal, feminisme, dan materialisme adalah paham-paham yang mereka pasarkan ke belahan dunia terutama negeri-negeri muslim.
Untuk mendukung agenda cuci otak besar-besaran tersebut,asing selalu menggunakan “robot-robot” yang berasal dari warga pribumi termasuk dari kalangan muslimin. Barat telah berhasil menciptakan para pemikir muslim agar sesuai dengan tujuan mereka. Maka tak heran kita kenal para kaum Islam liberal.
Acara Miss World pun tak luput jadi sasaran dan tujuan mereka untuk menanamkan paham-paham barat tersebut. Acara Miss World yang digembor-gemborkan barat dengan 3B (brainwashing, beauty and behaviour) sesungguhnya hanya polesan belaka. Sosok Miss World yang selalu tak lepas dari pribadi yang cerdas, peduli pada pendidikan, aktif dalam berbagai kegiatan sosial, dan sebagainya ternyata tidak nyata-nyata terbukti.
Ada baiknya kita coba lihat beberapa peserta Miss World yang mereka sebutkan dengan slogan 3B tersebut.
1. Marjorie Wallace : warga Amerika Serikat yang menang di ajang Miss World 1973. Tapi 3 bulan setelah dinobatkan jadi ratu dunia, gelarnya dicabut lantaran berkencan dengan terlalu banyak pria, termasuk diantaranya selebritis Tom Jones.
2. Gabriela Bring : Miss Jerman ini menyandang gelar terpendek dalam sejarah Miss World. Dia mengundurkan diri hanya dalam waktu 18 jam setelah dinobatkan menjadi Miss World 1980. Dia terjegal skandal kasus foto telanjang.
3. Lili Chen : penyanyi dan aktris dari propinsi Sichuan ini berharap menjadi orang pertama Cina yang memenangi kontes Miss World tahun 2004. Tetapi permohonannya ditolak oleh pejabat kompetisi Cina karena dia seorang transeksual.
4. Lesley Langley : Miss Inggris ini memenangkan gelar Miss World 1965 tapi kemudian publik di Inggris tersinggung setelah foto bugil Lesley tersebar di media.(topbagus.com)
Jadi kita sendiri harus berpikir cerdas dengan ide-ide asing yang justru akan menjerumuskan kita sebagai umat muslim. Bahkan sungguh aneh, di negara yang berketuhanan yang Maha Esa dan menjunjung adat ketimuran masih ada warga-warga yang bisa menjadi korban cuci otak. Bahkan lebih aneh lagi ada pihak-pihak tertentu yang justru mensukseskan acara Miss World ini yang sudah jelas-jelas itu adalah agenda barat untuk semakin meliberalkan umat Islam.
Majelis Ulama
Indonesia (MUI) menilai rencana kontes pemilihan Miss World 2013 memiliki misi
tersembunyi terhadap kaum perempuan Indonesia. Demikian disampaikan anggota
MUI, KH Muhyiddin Djunaedi, bahwa kontes Miss World mempunyai misi terselubung
dibalik pemilihan Jakarta, Bali dan Sentul-Bogor sebagai tempat perhelatan
pamer aurat tersebut.
Menurutnya, festival ratu kecantikan Miss
World sangat berbeda dengan kegiatan seperti pemilihan Abang & None
Jakarta.
Ia menjelaskan bahwa
keberadaan para wanita yang mewakili 140 negara itu di Indonesia merupakan
bentuk liberalisasi dan kapitalisasi ekonomi di Indonesia. Acara itu juga
dinilai menghabiskan biaya yang sangat besar dan sangat mubazir.
Kiai Muhyiddin membandingkan dengan acara Abang
& None Jakarta, berupa kegiatan lokal Indonesia yang tidak melawan
nilai-nilai ketimuran. Sementara Miss World begitu jelas memiliki misi westernisasi,
terutama untuk kalangan wanita Indonesia yang berbudaya ketimuran.
“Jelas itu dua hal berbeda, jangan
dikaitkan-kaitkan untuk jadi pembenaran Miss World,” jelasnya seperti dikutip hidayatullah.com
usai konferensi pers tentang penolakan MUI atas kegiatan kontes Miss World, di
kantor MUI Jakarta, Jum’at (23/08/2013) lalu.
“Misi liberalisasi wanita ini juga bertentangan
dengan nilai-nilai konstitusi UUD 45,” tambahnya.
Ketika ditanya mengenai bahwa negara Indonesia
bukan negara agama, Sekjen MUI, Amirsyah Tambunan menjelaskan, kalaupun ada
kalangan non Muslim tidak mempermasalahkan Miss World, namun MUI sadar acara
ini tetap akan disiarkan melalui televisi dan tetap dikonsumsi oleh mayoritas
penduduk Indonesia yang beragama Islam.
“Kalaupun tidak ada sesi menampilkan penggunaan
pakaian dalam, tetap kegiatan Miss World ini mengedepankan pada konsumsi
sensualitas kecantikan wanita, dan Islam mengharamkan seorang wanita
mempertontonkan kecantikannya atau disebut tabarruj,” jelas Amirsyah.
Sementara itu, pengurus MUI lainnya, Natsir
Djubaedi menambahkan masih banyak tokoh-tokoh wanita yang bisa dijadikan contoh
model rujukan wanita Indonesia. Ia menyebutkan sosok seperti Cut Nyak Dien,
Kartini dan pahlawan wanita Indonesia lainnya. Tokoh-tokoh itu dikenal karena
kontribusi kecerdasan dan kebangsaannya, bukan eksploitasi kecantikannya.
“Sementara Miss World justru mencetak figur
wanita yang bertentangan dengan nilai-nilai tokoh-tokoh wanita Indonesia itu,”
jelas Natsir lagi.
“Kalaupun ada kontes IQ itu hanya pelengkap saja,
inti utama dari Miss World adalah menilai kecantikan wanita dari mengekploitasi
keindahan fisiknya, kami tegas menolaknya,” tandasnya.
Menurut rencana, kontes kecantikan Miss World
akan diselenggarakan di Sentul-Bogor dan Bali pada 28 September 2013 mendatang.
Sementara sejumlah organisasi masyarakat sudah menegaskan penolakan mereka atas
rencana penyelenggaraan kontes kecantikan tersebut. Bahkan ormas Front Pembela
Islam (FPI) telah terang-terangan berikrar akan menggagalkan kontes Miss World
2013 apabila pemerintah tetap memberi izin penyelenggaraan.
Akankah kontes kecantikan Miss World 2013 ini
bernasib sama seperti konser Lady Gaga yang digagalkan dengan paksa lantaran
kuatnya tekanan penolakan masyarakat? Marilah kita tunggu perkembangan
selanjutnya.
,Share,
0 komentar:
Posting Komentar